4 Model Tahap Perencanaan Transportasi - Masalah transportasi atau perhubungan merupakan
masalah yang selau dihadapi oleh negara-negara berkembang tak terkecuali
Indonesia. Masalah transportasi ini menimbulkan berbagai permasalahan di
kalangan masyarakat seperti kemacetan lalu lintas (congestion), keterlambatan (delay),
polusi udara, polusi suara, dll. Tingkat pertumbuhan kendaraan yang jauh lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan ruas sarana transportasi menjadi salah satu
penyebab masalah transportasi sulit untuk diselesaikan.
Dalam mengatasi masalah
transportasi, perlu adanya perencanaan suatu sistem transportasi baik jangka
panjang (25 tahun), menengah (10 tahun), maupun jangka pendek (5 tahun). Dalam
melakukan perencanaan, biasanya para ahli menggunakan berbagai pendekatan dan
metode analisa. Salah satu metode analisa transportasi yang paling umum
digunakan di dunia adalah 4 tahap model transportasi (4 stage transportation model). Metode ini mengaitkan interaksi
antara sistem kegiatan (tata guna tanah) dengan sistem jaringan dan sistem
pergerakan. Isi dari 4 tahap model transportasi itu antara lain :
1.
Bangkitan dan
tarikan pergerakan (Trip Generation)
2.
Distribusi
pergerakan lalu lintas (Trip
Distribution)
3.
Pemilihan moda
angkutan (Modal choice/modal split)
4.
Pembebanan lalu
lintas (Trip Assignment)
Berikut akan dijelaskan tentang masing-masing tahapan
model transportasi :
1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)
Bagian ini merupakan tahapan permodelan yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tataguna
lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan.
Bangkitan lalu lintas ini mencakup lalu lintas yang meninggalkan lokasi (trip production) dan lalu lintas yang
menuju ke suatu lokasi (trip attraction).
Pergerakan lalu lintas ini biasanya bertipe 3 aliran, yakni home-based work trips (HBW), home-based other (or non-work) trips (HBO), dan non-home –based
trips (NHB). Tipe tipe lalu lintas diatas sangat dipengaruhi oleh tipe
tataguna lahan (pemukiman, perkantoran, dll) dan jumlah aktivitas dan
intensitas pada tataguna lahan tersebut. Sebagai contoh, daerah perkantoran
merupakan trip generation yang puncak
frekuensi nya terjadi saat pagi dan sore saja. Selain itu, daerah pemukiman
bertipe padat seperti apartemen akan membangkitkan lalu lintas lebih besar
dibandingkan rumah di daerah pedesaan. Oleh karena itulah trip generation ini sangat dipengaruhi tipe tata guna dan intensitas
tata guna lahan tersebut.
2.
Distribusi
pergerakan lalu lintas (Trip
Distribution)
Bagian
ini merupakan tahapan permodelan yang memperkirakan sebaran pergerakan yang
meninggalkan suatu zona atau yang menuju suatu zona. Meskipun demikian, trip distribution sering disebut dnegan production-attraction pairs dibandingkan
origin-destination pairs. Model
distribusi ini merupakan suatu pilihan jalan menuju destinasi yang diinginkan,
biasanya direpresentasikan dalam bentuk garis keinginan (desire line) atau dalam bentuk matriks asal tujuan (MAT). Pola
distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal
yang terjadi secara bersamaan yakni lokasi dan intensiatas tata guna lah dan
interaksi antara 2 buah tata guna lahan. Tahap 2 ini juga menentukan apakah
tipe penghubung tersebut terpusat satu jalur atau tersebar. Biasanya factor
paling menentukan dari trip distribution adalah
spatial separation dan biaya. Tata
guna tanah cenderung menarik lalu lintas dari tempat yang lebih dekat
dibandingkan dengan tempat yang jauh.
3.
Pemilihan Moda (Modal choice/modal split)
Setelah adanya bangkitan dan pemilihan tipe
distribusi, tahapan model transportasi selanjutnya adalah memilih bagaimana
interaksi dari production dan attraction itu dilakukan. Pemilihan moda
transportasi bergantung dari tingkat ekonomi dari pemilik tata guna lahan dan
biaya transportasi dari moda angkutan. Orang dengan ekonomi tinggi cenderung
memilih mode angkutan pribadi dibandingkan mode angkutan umum. Jika terdapat
lebih dari satu moda, moda yang dipilih biasanya yang memiliki rute terpendek,
tercepat atau termurah, atau kombinasi ketiganya.
4.
Pembebanan lalu
lintas (Trip Assignment)
setelah dipilihnya tipe moda angkutan dan jalur
distribusi, maka akan timbulah aliran volume lalu lintas. Pada tahapan ini,
pengaturan akan arus lalu lintas akan dilakukan. Bila diketahui suatu jalur
distribusi memiliki beban volume yang padat, maka planner bisa mengalihkan satu jalur lainnya ke jalur yang lain
sehingga menjadi tinggal satu jalur. Pemilihan rute baru tetap memperhitungkan
alternative terpendek, tercepat, termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai
jalan mempunyai informasi cukup tentang kemacetan, kondisi jalan, dll.
Meskipun
model transportasi diciptakan dengan baik, namun dalam pelaksanaannya harus
dilakukan penambahan ataupun sedikit modifikasi disesuaikan dengan kondisi tat
guna lahan yang akan diatur. Model transportasi umumnya memiliki kelebihan :
·
Pengumpulan dan
pengorganisasian survei data yang lengkap. Karena tahapan pertama dari model ini
adalah menganalisa tipe generation dimana
pada tahap tersebut kita terlebih dahulu mengetahui secara pasti bagaimana dan
seberapa banyak pemilik tata guna lahan di daerah tersebut.
·
Mampu menganalisa
aspek operasional seperti volume lalu lintas, kapasitas jalan, dan jumlah
perjalanan untuk menentukan waktu perjalanan dan keterlambatan. Karena kita
telah mengetahui jumlah bangkitan dari production
dan attraction serta tipe
distribusi, sehingga kita akan mengetahui seberapa besar volume lalu lintas di
suatu daerah tersebut bergantung tipe guna lahannya. Dengan itu, kita bisa
mengetahui volumenya untuk menentukan efisiensi jalur dan meminimalisir
terjadinya delay.
·
Mampu memperkirakan
tipe jalur distribusi yang akan dibangun bergantung tipe generation yang ada apakah home-based
work trips (HBW), home-based other (or non-work) trips (HBO), dan non-home –based trips (NHB). Pada umumnya tata guna lahan bertipe home-based other (or non-work) trips (HBO) memiliki bangkitan volume yang
lebih besar dibandingkan tipe lain sehingga perlu dipikirkan tentang jalur
distribusi yang sesuai.
Akan
tetapi, meskipun telah digunakan cukup lama, sistem ini tetap memiliki
kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain :
·
Model ini memiliki
kemampuan terbatas dalam memprediksi penggunaan moda angkutan publik. Hal ini
disebabkan karena asumsi data yang digunakan bersifat eksternal seperti
penghasilan, kepemilikan mobil, jumlah populasi, dll. Padahal kita juga harus
memperhitungkan faktor lainnya seperti harga bahan bakar, biaya pengoperasian
angkutan pribadi, tariff parkir, dll yang mempengaruhi keputusan pemilik tata
guna lahan untuk menggunakan antara angkutan pribadi atau moda transportasi
publik
·
Model ini tidak
cocok dalam mengembangkan jalur transportasi barang. Hal ini disebabkan karena
model ini cenderung hanya berfokus pada aliran mobil pribadi berdasarkan tipe
kepemilikan tata guna lahan dan menggunakan asumsi eksternal.
·
Tipe model ini
juga kurang dalam pembuatan, penerapan, serta pengontrolan kebijakan. Karena
penyusunan metode ini tidak melibatkan aspek dinamis. Metode ini biasanya
melakukan pengambilan keputusan berdasarkan titik equilibrium dari input yang tersedia. Padahal dalam pelaksanaanya,
transportasi bersifat dinamis dimana apa yang terjadi tidaklah sesuai dengan
asumsi yang digunakan sehingga kebijakan mungkin saja terus berubah selama
transportasi bersifat dinamis ini.
terimakasih
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteArtikel ini sangat membantu saya. Terima kasih.
ReplyDeleteMANTAP GAN SANGAT MEMBANTU
ReplyDelete