Kenapa monorel jakarta mandek? Apa alasannya? -- Pembangunan monorel di Jakarta bisa
dibilang memiliki mempunyai sejarah yang cukup panjang. Tarik ulur terhadap
proyek ini terjadi sejak 2004 silam. Dan berbuntut pada pembatalan pembangunan
megaproyek senilai Rp3 triliun oleh Pemprov DKI Jakarta pada tahun ini. Cerita
mangkraknya tiang-tiang pancang monorail itu bermula ketika Sutiyoso, yang saat
itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, berambisi membangun jaringan moda
transportasi massal di ibukota. Monorel merupakan bagian moda angkutan yang
bakal dikembangkan selain busway dan subway atau kereta bawah tanah.
Dengan rute yang terbagi dalam dua
jalur yakni jalur hijau (green line) yakni
Semanggi-Casablanca-Kuningan-Semanggi dan jalur biru (blue line) yang meliputi
Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy, angkutan berbasil rel ini
diharapkan mampu menjadi alternatif pilihan warga untuk menggunakan angkutan
umum. Dalam rancangannya proyek ini terbagi dalam 3 fase, dengan mengutamakan
penumpang Bekasi-Cikarang dan Tangerang-Karawaci yang menuju Pusat CBD Jakarta.
Penumpang dari Bogor dan Depok telah dilayani dengan KRL, namun akan
memanfaatkan monorel ke Pusat CBD Jakarta.
Fase Pertama, Koridor Jakarta
sepanjang 27km. Dengan pembagian Jalur hijau (14km) dan jalur Jalur biru
(13km). Fase Kedua, Jakarta ke Bekasi dan Cikarang (18-30km). Fase Ketiga:
Jakarta ke Tangerang dan Karawaci (16-25km). Rancangan proyek itu ternyata
mendapatkan respon yang positif dari investor. Pada 29 Agustus
2003, PT Indonesia Transit Central (ITC), konsorsium yang terdiri dari PT Adhi
Karya, PT Global Profex Sinergy dan PT Raidant Utama memprakarsai pembangunan
monorel.
Dalam pelaksanaannya PT ITC
menggandeng MTrans Holding dari Malaysia. Konstruksi pun mulai dikerjakan
dengan membuat tiang-tiang pancang pada 2004. Namun, hal itu hanya berjalan
beberapa minggu. Setelah selanjutnya pada 31 Juni 2004 proyek ini dialihkan ke
konsorsium PT Jakarta Monorail dan Omnico Singapura.
Tiang pertama pun diresmikan oleh
Presiden Megawati Soekarno Putri pada 14 Juni 2004. Selang setahun kemudian,
memasuki tahun 2005, Omnico gagal memenuhi tenggat setoran modal, PT ITCpun
mengambil alih 45 persen saham Omnico.
Meski berbagai persoalan telah
menghadang, namun Sutiyoso tetap bersih kukuh melanjutkan pembangunan monorel.
Hal terbukti pada 15 Februari 2006, Sutiyoso atau yang lebih dikenal Bang Yos
memastikan pembangunan monorel dilanjutkan setelah ada bantuan dana dari Dubai
Islamic Bank, Uni Emirat Arab, sebesar lebih dari Rp4,6 triliun.
Berdasarkan hal ini Bang Yos
meresmikan pembangunan jalan monorel pada 17 Februari 2006. Beberepa bulan
setelah peresmian, tepatnya 5 Juni 2006, Sutiyoso meminta pemerintah turut
menjamin proyek monorel. Kebijakan ini diperlukan sebagai syarat pencairan
bantuan dana dari Dubai Islamic Bank.
Namun sayangnya permintaan tersebut
ditolak oleh menteri keuangan saat itu, Sri Mulyani Inderawati. Penolakan
tersebut sekaligus memastikan bahwa pembangunan monorel ditunda. Masalah
terhadap proyek ini tidak berhenti sampai disitu. Niatan Pemprov DKI Jakarta
untuk melanjutkan proyek tersebut sempat kembali naik ke permukaan beberapa
tahun kemudian, yakni 2010. Dimana pucuk pimpinan Jakarta juga sudah berganti
ke tangan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo. Pemprov DKI pun bersuaha mengambil
alih pembangunan monorel. Sayangnya untuk merealisasikan hal ini, tidaklah
mudah. Sebagai kompensasi penggantian nilai investasi yang telah dikeluarkan,
PT Jakarta Monorail meminta Pemprov DKI Jakarta membayar ganti rugi sebesar
Rp600 miliar.
Permintaan tersebut tidak serta merta
dipenuhi pemprov. Terlebih sesuai dengan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), Pemprov DKI hanya cukup membayar maksimal sebesar Rp204
miliar sebagai dana kompensasi inevstasi PT Jakarta Monorail. Dalam
keputusannya PT Jakarta Monorail diberikan kebebasan untuk menentukan langkah
untuk tetap berniat melanjutkan pembangunan atau menyerahkan ke pemprov. Atau
bahkan menjualnya pada pihak swasta baru sebagai pelaksana proyek.
Namun lantaran tidak juga menemui
kesepakatan, puncaknya 20 September 2011, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo,
memutuskan menghentikan proyek pembangunan monorel dan mengganti nilai
investasi milik PT Jakarta Monorail.
Kini, di era pemerintahan Gubernur Basuki
Tjahaya Purnama atau Ahok, proyek monorel jakata kembali di bekukan dengan
alasan pihak swasta yang dalam hal ini PT.Jakarta Monorel tidak bisa memenuhi
kesepakatan modal awal. Tiang-tiang yang terlanjur berdiri terbengkalai
rencananya akan diambil alih oleh konsorsium PT.Adhi Karya untuk dibongkar.
0 coment�rios: