Bagaimana cara mengatasi korupsi di Indonesia? - Korupsi adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu, yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Korupsi
menjadi bahaya laten bagi suatu sistem karena telah merusak aliran anggaran
dalam sistem tersebut. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk pembangunan menjadi
dimiliki oleh seorang pihak tertentu saja untuk kepentingan pribadinya. Biaya
terus mengalir akan tetapi pembangunan tidak berjalan sama sekali sehingga
aliran dana yang dikucurkan sangatlah sia-sia. Korupsi sangat dikecam karena
pada umumnya merugikan kalangan bawah dan hanya memperkaya kalangan atas saja.
Di
negara maju, bahaya korupsi sangat mengkhawatirkan karena anggaran negara yang
cenderung terbatas malah diselewengkan untuk kekayaan pribadi. Padahal negara
berkembang perlu banyak modal untuk melanjutkan pembangunannya. Pemerintah
Indonesia telah melakukan banyak cara untuk melawan tindak korupsi ini, seperti
penguatan UU anti korupsi dan penegakannya, membentuk lembaga independen
dibawah pemerintah yang diberi wewenang penuh memeriksa badan-badan negara
terkait tindak korupsi, dll. Akan tetapi dalam praktiknya, pelaku korupsi
semakin cerdik untuk mengakali kebijakan pemerintah ini. Oleh karena itu, perlu
suatu terobosan solusi untuk menanggulangi bahaya laten korupsi ini di negara
berkembang, terutama Indonesia. Solusi tersebut antara lain :
Pertama, Membuat sistem keuangan yang
transparan yang terbuka. Semua aliran dana di pemerintahan harusnya
diselenggarakan secara transparan dan terbuka agar fungsi rakyat sebagai
pengawas dan pengontrol pemerintahan dapat berjalan. Aliran dana seperti
subsidi, penerimaan dan pengeluaran pajak, penggunaan APBN, dan anggaran lain
yang merupakan sumber daya publik. Sistem yang transparan akan memastikan bahwa
sumber daya publik tersebut memang akan digunakan untuk kepentingan publik.
Kedua, Membayar PNS dengan
selayaknya. PNS selaku pihak pengurus birokrasi negara adalah orang yang
berurusan langsung dengan seluruh aliran anggaran di tubuh pemerintah. PNS yang
digaji terlalu rendah jelas akan mempengaruhi motivasi dan insentifitas mereka.
Jika upah sektor publik terlalu rendah, karyawan mungkin merasa diri mereka di
bawah tekanan untuk menambah pendapatan mereka dalam cara yang illegal. Penelitian
Van Rijckeghem dan Weder (2001) menunjukkan bahwa dalam
sampel dari negara-negara berkembang, ada hubungan terbalik antara tingkat upah
sektor publik dan kejadian korupsi. Semakin wajar gaji PNS maka tingkat korupsi
dinilai rendah.
Ketiga, memutus rantai koruptor.
Pihak birokrasi yang kedapatan melakukan tindak pidana korupsi harusnya
diselidiki mata rantainya agar semua pihak yang terlibat dalam jaringan kasus
tersebut dapat dihukum sehingga sistem birokrasi kembali bersih. Seringkali
pada jaman sekarang, dalam kasus pidana korupsi, yang tertangkap dan akhirnya
dihukum adalah tokoh figuran dalam kasus tersebut, dimana sebenarnya dia
hanyalah perantara dalam kasus tersebut. Orang yang dianggap sebagai otak
pelaku dalam kasus tersebut malah tidak ditindak karena biasanya mereka
memiliki kedudukan/jabatan yang tinggi di sistem pemerintahan sehingga bisa
mengelak dengan kekuasaannya. Bila terjadi seperti ini, pejabat tersebut dapat
dengan mudah melakukan tindak korupsi
lagi dengan menyuruh orang lain sebagai perantara. Sehingga memutus benang
merah dan membinasakannya dari sistem haruslah dilakukan agar sistem tersebut
bersih dari tindak korupsi.
Keempat, memperkuat payung hukum
lembaga pemberantasan korupsi. Lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia yang
dalam hal ini adalah Komisi Pemebrantasan Korupsi (KPK) harus memeiliki payung
hukum yang kuat agar dalam menjalankan kinerjanya dapat berjalan dengan baik
tidak ada gangguan dari luar. Seringkali KPK di intervensi oleh lembaga negara
yang lain yang membuat kinerjanya menjadi lemah.
Kelima, membangun sistem publik yang
berorientasi teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi, dapat memotong panjang
aliran dana sehingga lebih efektif untuk diawasi. Biasanya karena banyaknya
perantara dalam aliran anggaran dari tangan pemerintah sampai ke publik
menyebabkan rawan tindak pidana korupsi oleh kelompok yang tidak
bertanggungjawab.
0 coment�rios: