Middle Income Trap adalah suatu kondisi dimana negara telah berhasil keluar dari zona
negara berpenghasilan rendah namun tidak mampu melangkah ke zona negara
berpenghasilan tinggi. Fenomena Middle
Income Trap merupakan momok bagi negara berkembang karena pada kondisi ini,
perekonomian suatu negara akan tetap tumbuh fluktuatif namun tidak akan bisa
mencapai kondisi perekonomian negara maju. Dua negara yang dikenal memiliki
sejarah Middle Income Trap yang
panjang adalah Yunani dan Argentina. Argentina setidaknya harus terjebak di
zona Middle Income Trap selama 40
tahun semenjak masuk ke zona negara menengah pada 1970 sebelum akhirnya masuk
kategori negara berpenghasilan tinggi pada 2010 silam. Begitupun Yunani, yang
memerlukan waktu hampir 28 tahun sebelum akhirnya masuk pada golongan negara
berpenghasilan tinggi.
Indonesia
saat ini masih berada di zona negara berkembang selama kurang lebih 12 tahun.
Kekhawatiran pun muncul ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini
diprediksi turun menjadi 5,67%. Hal itu merupakan gejala bahaya bagi negara
berkembang karena meskipun perekonomian tumbuh, namun berada di bawah batas
ideal pertumbuhan ekonomi negara berkembang yakni di kisaran 6%. Pemangkasan
prediksi tersebut menurut para ekonom karena ekspor yang mulai lesu. Lalu
bagaimanakah langkah yang tepat agar kekhawatiran ini bisa dihindari?
Banyak
negara yang bisa dijadikan teladan bagi Indonesia dalam keluar dari ancaman zona
Middle Income Trap ini. Salah satunya
adalah Korea Selatan. Negara tersebut telah melakukan transformasi yang luar
biasa dari salah satu negara termiskin di dunia menjadi negara menengah dan
akhirnya masuk pada kategori negara maju hanya dalam waktu 50 tahun. Strategi
yang ditempuh Korea Selatan sangatlah unik. Dia berfokus untuk mendorong sektor
spesifik yang berpotensi sebagai
kekuatan ekonomi negaranya, yakni sektor teknologi otomotif, elektronik, serta
barang mewah lainnya. Meskipun berfokus pada sektor tersebut, Korea Selatan
tidak lantas mengabaikan sektor public yang lain. Korea Selatan tetap
memperhatikan sektor lain agar tetap tumbuh meskipun cenderung stagnan. Negara
lain yang dapat dijadikan contoh bagi Indonesia dalam rangka keluar dari
jebakan Middle Income Trap adalah
China. Selama beberapa dekade, ekonomi China tumbuh layaknya negara berkembang
pada umumnya. Namun kemudian strategi ditempuh oleh menteri keuangannya berupa
pengalihan sektor subsidi bagi pertanian ke sektor manufaktur. Hal itu terbukti
ampuh karena mendorong terjadinya industrialisasi sehingga bisa menekan biaya
produksi yang berimbas pada nilai ekspor yang meningkat. Kemudian menteri keuangan
selanjutnya, Lou Jiwei, yang bertanggung jawab atas $28 trilliun utang cina
menggunakan leverage tersebut ke sektor
manufaktur dan industri dengan tujuan terwujudnya negara industri yang serba
mesin sehingga bisa menekan biaya upah pegawai. Cara tersebut terbukti ampuh
menempatkan China dalam salah satu negara maju dengan tingkat pertumbuhan
ekonominya yang tinggi, mencapai 7.5% setiap tahunnya.
Dalam
mengatasi masalah Middle Income Trap yang
menghantui Indonesia, saya pribadi mengusulkan beberapa solusi dengan berkaca
pada pengalaman negara negara yang berhasil lolos dari zona tersebut.
Pertama, meningkatkan
tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Dengan tingkat pendidikan dan
kesehatan yang tinggi dapat mendorong tingkat kreatifitasan dan mendukung
terobosan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Diharapakan dengan
masyarakat yang berpendidikan tinggi dapat mencipatakan teknologi yang mendukung
terwujudnya negara industri. Dengan mekanisasi di sektor industri, diharapakn dapat
menurunkan biaya upah pegawai sekaligus meningkatkat produktifitas produksi.
Jumlah ekspor meningkat sedangkan biaya ekspor bisa ditekan.
Kedua, mendukung
terwujudnya startup dan mendorongnya
sebagai kekuatan ekonomi yang baru. Mungkin kita bisa berkaca pada Korea Selatan
yang memiliki kekuatan di Industri elektronik berkat Samsung dan LG, dan di sektor
otomotif berkat Hyundai, Indonesia juga perlu memberikan dukungan pada startup agar suatu saat bisa menjadi
kekuatan ekonomi baru. Pemilihan startup
harus berada pada sektor strategis bangsa, seperti sektor pertanian dan
pertambangan.
Ketiga, perbaikan
infrastruktur. Dengan dukungan infrastruktur yang baik, maka kegiatan
perekonomian di masyarakat dapat meningkat dan arus perekonomian juga semakin
lancar. Dengan infrastruktur yang baik, diharapkan investor asing akan
menanamkan modalnya di Indonesia yang kemudian bisa meningkatkan perekonomian
negara.
Keempat,
mengalihkan subsidi ke sektor penting. Pada tahun 2014, sekitar 457 Trilliun
dari total APBN Indonesia dialihkan ke sektor yang dianggap sia sia, yakni
hanya untuk mensubsidi BBM. Angka itu sangatlah besar karena mencapai 22% dari
total APBN Indonesia. Seharusnya, biaya tersebut dapat dialokasikan ke sektor
lain yang lebih potensial seperti pertanian, industri, dll.
0 coment�rios: