Make You Smarter - Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) pada campuran beton. Agregat mengisi 60-80% dari volume beton. Oleh karena karakteristik kimia, fisik, dan mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat berpengaruh pada sifat-sifat beton yang dihasilkan (seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, biaya produksi dan lain-lain).
Berat agregat yang digunakan sangat
menentukan berat beton yang dihasilkan. Pembagian beton berdasarkan berat
agregatnya adalah sebagai berikut.
a.
Beton ringan 1360-1840 kg/m3
b.
Beton normal 2160-2560 kg/m3
c.
Beton
berat 2800-6400 kg/m3
Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk yang
menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi. Berdasarkan ASTM
C-33, agregat dibagi atas dua kelompok yaitu sebagai berikut.
a.
Agregat kasar (kerikil, batu pecah atau
pecahan dari blast furnace)
Batas bawah pada
ukuran 4,75 mm atau ukuran saringan no.4
b.
Agregat halus (pasir alami atau batuan)
Batas bawah ukuran
pasir = 0,075 mm (saringan no. 200)
Batas atas ukuran
pasir = 4,75 mm (saringan no,4)
Karakteristik bentuk dan tekstur luar agregat memegang peranan penting
terhadap sifat beton.Partikel dengan ratio luas permukaan terhadap volume yang
tinggi dapat menurunkan kelecakan (workability)
campuran beton. Agregat yang
berbentuk flaky dapat merugikan bagi
durabilitas beton karena cenderung terorientasi pada satu bidang, sehingga air
dan gelembung udara dapat terbentuk dibagian bawahnya.
Tekstur permukaan agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
segar seperti kelecakan. Bentuk dan tekstur permukaan agregat halus, dapat
mempengaruhi kebutuhan air pada campuran beton.Selain itu, agregat harus stabil secara kimiawi, sehingga tidak
akan merusak hasil reaksi hidrasi beton.
Karena agregat merupakan bahan dengan kandungan terbanyak di dalam beton,
maka semakin banyak persentase kandungan agregat dalam campuran beton, semakin
murah harga beton, dcngan syarat campurannya masih cukup mudah dikerjakan (workability baik) untuk elemen struktur
yang memakai beton tersebut.
Agregat
adalah bahan pengisi (filler)
campuran beton yang ukurannya sudah melebihi ¼ inch (6 mm). Sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi
beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral ini harus
bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan sel
semen.
Agregat halus
merupakan pengisi (filler) yang
berupa pasir. Ukurannya bervariasi di
bawah saringan no. 4
(0,075 mm) menurut standar ASTM.
Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, atau
bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu
campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis
saringan dari ASTM (American Society of
Testing and Materials). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan
serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
Beberapa sifat mekanik
agregat di antaranya adalah
1)
Gaya
lekat (bond)
Bentuk dan tekstur
permukaan agregat mempengaruhi kekuatan beton, terutama untuk beton berkekuatan
tinggi. Kekuatan lentur lebih
dipengaruhi oleh bentuk-bentuk tekstur agregat daripada kekuatan tekan. Semakin
kasar tekstur, semakin besar daya lekat antara partikel dengan matrik semen. Biasanya pada agregat dengan daya lekat
baik akan banyak dijumpai partikel agregat yang pecah dalam beton yang diuji
sampai kapasitasnya.
2)
Kekuatan
Kekuatan tekan agregat yang
dibutuhkan pada beton umumnya lebih tinggi daripada kekuatan tekan betonnya
sendiri. Hal ini dikarenakan tegangan sebenarnya yang bekerja pada titik kontak
masing-masing partikel agregat biasanya jauh lebih tinggi daripada tegangan
tekan yang bekerja pada beton.
3)
Toughness
Toughness
dapat didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran akibat beban
impak (impact).
4)
Hardness
Hardness atau daya tahan
terhadap keausan agregat, merupakan sifat penting bagi beton yang digunakan
untuk jalan atau permukaan lantai yang harus memikul lalu lintas berat.
1)
Specific
Gravity, yaitu perbandingan
massa (atau berat di udara) dari suatu unit volume bahan terhadap massa air
dengan volume yang pada temperatur tertentu.
2)
Apparent
Specific Gravity,
yaitu perbandingan massa agregat kering (yang dioven pada suhu 110oC
selama 24 jam) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat
tersebut.
3)
Bulk
Specific Gravity,
yaitu perbandingan massa agregat SSD (Saturated
and Surface Dry) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat
tersebut.
4)
Bulk
Density, yaitu massa aktual
yang akan mengisi suatu penampang/wadah dengan volume satuan. Parameter ini
berguna untuk mengubah ukuran massa menjadi ukuran volume.
5) Porositas
dan Absorpsi
Porositas,
permeabilitas, dan absorpsi agregat mempengaruhi daya lekat antara agregat dan
pasta semen, daya tahan beton terhadap pembekuan dan pencairan, stabilitas
kimia, daya tahan terhadap abrasi dan specific
gravity.
6) Berat
isi, yaitu berat agregat
yang ditempatkan di dalam wadah 1 m3. Untuk beton normal, berat
isinya berkisar antara 1200-1760 kg.
Sifat-sifat lain yang perlu dimiliki oleh agregat adalah sebagai berikut.
1)
Gradasi
Gradasi
dan ukuran maksimum agregat dapat mempengaruhi proporsi agregat dalam campuran,
kebutuhan air, jumlah semen, biaya produksi, sifat susut, dan durabilitas
beton.
Berdasarkan
teori rongga minimum, semakin beragam ukuran agregat, semakin sedikit rongga
yang terbentuk di antara susunan agregat. Hal ini menyebabkan jumlah pasta yang
dibutuhkan untuk mengisi rongga menjadi lebih kecil dan campuran beton menjadi
lebih ekonomis.
2)
Kandungan air
Kondisi agregat
berdasarkan kandungan airnya dibagi atas:
a)
Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran beton secara
maksimal (dengan kapasitas penuh).
b)
Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan, namun mengandung sedikit air
di rongga-rongganya. Agregat ini mampu menyerap air di dalam campuran meskipun
tidak dengan kapasitas penuh.
c)
Jenuh dengan permukaan kering, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering, namun
semua rongga-rongganya terisi air. Agregat dengan kondisi ini tidak akan
menyerap dan menyumbangkan air ke dalam campuran.
d)
Basah, yaitu
kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada permukaannya. Agregat
dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam campuran.
3)
Bulking pada pasir
Efek lain dari adanya kelembaban pada pasir adalah bulking, yaitu pertambahan volume pasir akibat adanya lapisan air
yang mendorong partikel pasir sehingga berada pada jarak yang lebih jauh.
Bulking mempengaruhi penakaran pasir bedasarkan volume (volume batching).
4)
Unsoundness
karena perubahan volume
Perubahan volume yang besar
pada agregat dapat disebabkan karena proses pembekuan dan pencairan, perubahan
temperatur di bawah titik beku, dan pergantian terus menerus dari pengeringan
dan pembasahan. Bila agregat unsound,
perubahan kondisi fisik tersebut dapat mengakibatkan kerusakan beton, seperti
scaling dan bahkan keretakan permukaan yang ekstensif.
Anda sedang butuh jasa service genset kami melayani service genset panggilan untuk wilayah Jabotabek & seluruh kota di Indonesia hubungi Dwi Asmarawardana 0852-1699-5545
ReplyDelete